Saturday, November 14, 2015

Flores Masuk Tempat Wisata Terbaik Dunia 2015 Versi Lonely Planet

 

Indonesia dikenal memiliki pulau-pulau eksotis untuk tujuan wisata dunia. Tak hanya Bali atau Raja Ampat, Pulau Flores juga termasuk yang diakui. Pulau yang terletak di provinsi Nusa Tenggara Timur ini baru saja masuk jajaran 10 tempat wisata terbaik dunia versi Lonely Planet.

Lonely Planet, situs pariwisata paling populer di dunia, baru saja mengeluarkan Best Destinations to Explore in 2015. Pulau Flores masuk di dalamnya sebagai 10 Tempat Wisata Terbaik 2015 bersanding bersama Makau, Rocky Mountain di Amerika Serikat, Atacama UN di Chile, dan banyak lainnya.

Flores dipilih karena wilayahnya yang menjadi habitat bagi Komodo raksasa. Selain itu, Flores juga dikenal sebagai surganya para penyelam. Pulau Flores dihiasi gunung-gunung berapi yang menjulang tinggi dan hutan tropisnya yang rimbun.

Ada banyak tempat-tempat di Flores yang dapat dinikmati keindahannya, Labuan Bajo, misalnya. Tempat ini merupakan pelabuhan kecil yang tenang dan dilengkapi dengan pantai yang indah didekatnya. Lonely Planet juga merekomendasikan Bajawa, kota kecil yang masih mempertahankan budaya tradisional.

Menurut Lonely Planet, satu minggu di Flores dapat memberikan pengalaman yang benar-benar mengagumkan. Perjalanan menuju area Moni dan Gunung Kelimutu akan memberikan pengalaman yang tak terlupakan. Menikmati matahari terbenam di atas danau tiga warna akan menjadi pengalaman yang sangat mengesankan.

Atau ingin menikmati suasana pantai yang tenang? Maka, Pantai Paga adalah solusinya.

Tak hanya itu, Flores juga memiliki banyak kafe dan restoran yang menawarkan makanan segar, enak dan khas Indonesia. Lonely Planet secara khusus memuji seafood dan nasi campur Indonesia yang dinilai cukup lezat dan relatif murah.

Wisatawan Dilarang Dekati Kawasan Tersebut

 

Sepuluh petugas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) disiagakan untuk melakukan patroli dan mengawasi aktivitas pengunjung setelah terjadi peningkatan aktivitas Gunung Bromo.

Pengunjung dilarang mendekati kawah Bromo dalam radius 1 kilometer.

 "Kami menyiagakan 10 personel untuk mengawasi wisatawan. Kami juga memasang larangan mendekati kawah. Namun, masih banyak wisatawan memaksa naik ke kawah. Kalau patroli kami masih bisa menahan, mereka akan diarahkan untuk tidak naik. Namun, kalau petugas kami tidak mengetahui, mereka masih saja mendekati kawah," kata Khaerul Soleh, Kepala Resor Tengger Laut Pasir TNBTS, Sabtu (14/11).

Meski aktivitas Gunung Bromo meningkat, status Gunung Bromo tetap Waspada. Wisatawan tampak cukup banyak mendatangi gunung tersebut, bahkan mendekat ke kawah.

Khaerul mengimbau pengunjung berjaga-jaga dengan mengenakan masker untuk melindungi diri dari gas dan debu vulkanik Bromo.

 "Hingga kini memang asap dan debu vulkanik Bromo belum mencapai kawasan permukiman, masih di sekitar gunung saja. Meski begitu, kami mengimbau wisatawan agar berjaga-jaga dengan menyiapkan masker untuk melindungi dari gas dan debu," kata Khaerul.

Kamis (12/11), jumlah pengunjung Bromo mencapai 149 wisatawan lokal dan 87 wisatawan mancanegara.

Fluktuatif

Peningkatan aktivitas gunung setinggi 2.329 meter dari permukaan laut itu terjadi sejak 30 Oktober 2015. Data Pos Pantau Gunung Api Bromo, Sabtu (14/11), aktivitas gunung di wilayah Probolinggo, Jawa Timur, tersebut fluktuatif.

Pemantauan hari ini menunjukkan asap putih sedang dengan tekanan lemah keluar dari kawah Bromo dengan ketinggian 50-150 meter. Gempa tremor dengan amplitudo maksimal 0,5-6 milimeter (mm) didominasi 3 mm.

"Gunung Bromo masih fluktuatif. Masyarakat diminta waspada dan mematuhi larangan mendekati gunung dalam radius 1 km," kata Ahmad Subhan, Kepala Pos Pantau Gunung Bromo di Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.

Imbauan kewaspadaan terkait peningkatan aktivitas Gunung Bromo dipasang di beberapa tempat. Misalnya, pintu masuk, daerah parkir jip, di sekitar penginapan, serta daerah sebelum memasuki lautan pasir.

Akhir Abad Ini, Hiu Mungkin Sudah Kehilangan Kemampuan Berburu

 


Pada akhir abad ini, para ilmuwan memperkirakan ukuran ikan hiu di lautan akan semakin mengecil. Satwa ini juga akan berkurang kepandaiannya dalam berburu ikan.

Semua kondisi itu diakibatkan oleh semakin menghangatnya suhu air di lautan yang dipicu oleh perubahan iklim.

Menurut laporan yang ditulis oleh Institut Lingkungan Universitas Adelaide, suhu air yang terus menghangat di lautan global lambat laun akan menghancurkan kemampuan hiu dalam berburu ikan dan hewan laut lain yang menjadi mangsanya.

Peneliti mempelajari hal ini dari ikan-ikan hiu Port Jackson yang dihadapkan dengan kondisi perubahan iklim. Ikan-ikan itu ditempatkan dalam tangki-tangki besar yang dilengkapi habitat dan mangsa alami mereka selama lebih dari tujuh bulan.

Mereka mendapati bahwa hiu butuh waktu lebih lama untuk menemukan makanan. Bahkan, dalam beberapa kasus, mereka bahkan tidak terlalu bersemangat seperti sebelumnya untuk memburu mangsanya.

Penulis utama dalam kajian ini, Profesor Ivan Nagelkerken, mengatakan, kombinasi dari air yang semakin menghangat dan tingkat kandungan karbon dioksida tinggi telah menyebabkan meningkatnya jumlah makanan yang diperlukan oleh hiu-hiu itu.

"Kami bahkan mendapati, lantaran terekspos oleh air yang menghangat dan kadar karbon dioksida yang tinggi dalam waktu yang cukup lama, ukuran tubuh ikan-ikan hiu ini semakin kecil."

"Hal ini terjadi karena mereka tidak bisa menemukan makanan yang cukup untuk mempertahankan kebutuhan energi mereka yang lebih tinggi," katanya.

Profesor Nagelkerken mengatakan, kondisi perubahan iklim ini juga telah mengurangi kemampuan ikan hiu untuk menemukan makanan melalui indera penciuman mereka.

"Di perairan yang menghangat, ikan hiu menjadi lebih lapar dari biasanya. Namun dengan meningkatnya kadar CO2, mereka tidak bisa menemukan makanannya," kata Profesor Nagelkerken.

Namun, dia mengatakan, ikan hiu ini tampaknya masih akan tetap mampu mempertahankan status mereka sebagai predator dalam siklus rantai makanan karena ukuran spesies yang lain juga akan semakin mengecil.

"Efek dari air laut yang semakin asam membuat beragam satwa laut, tidak hanya ikan hiu, menjadi kehilangan indera penciuman, penglihatan, dan pendengaran mereka."

Profesor Nagelkerken mengatakan, dampak perubahan iklim ini akan membuat kasus serangan ikan hiu akan berkurang karena satwa ini juga mengurangi kegiatannya berburu makanan atau mangsa.

"Kita perlu ingat kalau manusia sebenarnya bukan mangsa alami ikan hiu. Namun, jika spesies ini kehilangan daya penciumannya, maka hal tersebut akan menyebabkan mereka semakin jarang melakukan serangan terhadap manusia," katanya.

Menurut dia, perlu riset lebih lanjut untuk menentukan peran dari indera penciuman ikan hiu dalam aktivitas satwa ini saat menyerang manusia.

"Kita tidak tahu banyak soal seberapa sering sebenarnya ikan hiu menyerang manusia. Apakah ini memang sesuatu yang tidak disengaja, hanya karena ikan hiu itu melihat manusia, atau memang karena ikan hiu itu bisa mencium bau manusia dari jarak jauh," katanya.

Para peneliti menurut laporan ini juga mendapati bahwa dampak dari perubahan iklim dan meningkatnya kadar asam dari air laut juga bisa mempercepat tingkat kepunahan spesies ikan hiu. Satu dari tiga ikan hiu saat ini sudah terancam punah karena kegiatan penangkapan ikan yang berlebihan.

Wednesday, November 11, 2015

Ada yang Misterius di Piramida Giza, Tandanya Kini Terungkap



Sesuatu yang misterius dan belum diketahui mungkin tersimpan di Piramida Giza.  Arkeolog mendeteksi adanya anomali suhu yang mungkin bisa merujuk pada adanya sesuatu yang tersembunyi itu. Adanya anomali suhu itu di Piramida Giza diumumkan oleh Menteri Kepurbakalaan Mesir Mamdouh el-Damaty pada Senin (9/11/2015).

Pengumuman itu dikeluarkan dua minggu setelah tim ilmuwan Universitas Kairo dan organisasi Heritage, Innovation, and Preservation dari Perancis melakukan riset. Dalam riset ini, peneliti menggunakan teknologi tomografi inframerah, radiografi muon, dan rekonstruksi tiga dimensi. Semua dipakai untuk mengintip segala hal yang ada di dalam piramida berusia lebih dari 4.500 tahun itu.

Tiga piramida yang diobservasi adalah Khufu dan Khafre di kompleks Giza serta Bent dan Red di Dahshur. Peneliti melihat perubahan suhu dalam fase pemanasan (dari pagi hingga tengah hari) dan pendinginan (dari sore hingga pagi). Dalam fase pendinginan, panas bergerak dari dalam ke luar. Sementara itu, dalam fase pemanasan, yang terjadi adalah sebaliknya. Kalau piramida terbuat dari material yang sama dan punya struktur homogen, maka anomali suhu akan sangat minim.

Seharusnya, perbedaan suhu 0,5-1 derajat. Namun, di Piramida Khufu, ilmuwan mendeteksi anomali suhu hingga 6 derajat. "Anomali ini jelas dan menarik, dan itu ada di depan kita, di bagian dasar," kata Mehdi Tayoubi, pendiri Heritage, Innovation, and Preservation.

"Kami punya beberapa hipotesis, tetapi belum ada kesimpulan," imbuhnya seperti dikutip Discovery pada Selasa (10/11/2015). El-Damaty mengungkapkan, pihaknya yakin, anomali pasti itu mengarah pada penemuan besar. "Bisa berupa ruang, celah, atau lorong," katanya. Peneliti mengatakan akan meneliti lebih lanjut. "Kami perlu membuat model dan simulasi suhu untuk menguji banyak hipotesis untuk memahami hal yang kami temukan," kata Tayoubi.

Thursday, November 5, 2015

80 Tahun "Hilang", Ular Langka dari Enggano Ditemukan Lagi



Setelah 80 tahun "hilang", ular langka kembali ditemukan di Enggano, Bengkulu. Peneliti herpetologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy, menemukannya saat melakukan ekspedisi penelitian ke Pulau Enggano pada 16 April-5 Mei 2015 lalu.

"Tidak sengaja sebenarnya menemukannya. Malam hari itu, saya berada di pinggir hutan. Tiba-tiba ular itu mendekat. Saya tangkap dan amati, ternyata ular yang sudah 80 tahun tak terlihat," kata Amir.

Umum disebut ular tikus Enggano, nama spesies ular tersebut sebenarnya adalah Coelognathus enganensis. Ular pemakan tikus tersebut merupakan salah satu jenis yang paling jarang dijumpai di dunia. C enganensis kali pertama ditemukan pada tahun 1872 oleh peneliti Italia, Elio Modigliani. Olehnya, ular itu dinobatkan sebagai spesies baru.

Tahun 1986, peneliti Belanda bernama De Jong menemukan kembali ular tersebut untuk kali kedua. Dia mengoleksinya. Spesimen kini disimpan di Museum Zoologi, Bogor. Sejak tahun 1936, sejumlah survei dilakukan di Enggano, tetapi belum berhasil menemukan jenis itu. Baru pada ekspedisi LIPI kali ini, peneliti berhasil menjumpainya.

Amir mengatakan, C enganensis berbeda dengan ular tikus lain yang segenus. "Ular ini polos, tidak ada polanya," kata Amir dalam konferensi pers penemuan ekspedisi Enggano kali ini.  Menurut dia, ada beberapa dugaan sebab yang membuat C enganensis jarang ditemui. Dugaan pertama, populasinya memang menurun seiring kerusakan lingkungan.

Kedua, tikus di Enggano memang hanya 2 jenis. Sangat sedikit. Jadi, ular pemangsa tikusnya pun sedikit. Dugaan lain, bisa juga karena memang survei mengenai populasinya jarang dilakukan sehingga tampak sedikit. C enganensis hanya salah satu keragaman hayati yang ditemukan di Enggano. Tim LIPI hingga kini meyakini telah menemukan 14 jenis biota baru.

Enggano adalah pulau seluas sekitar 4.000 kilometer persegi yang unik. Pulau itu tak pernah bergabung dengan Sumatera sehingga biotanya pun unik. Enggano kaya akan jenis-jenis makhluk endemik. C enganensis merupakan salah satu jenis yang endemik, khas Enggano, tak akan pernah bisa ditemukan di wilayah lain.

Tuesday, November 3, 2015

Kindahan alam Bawah Laut Yang Luar Biasa



Pesona bawah laut kepulauan Wakatobi sudah sejak lama terkenal hingga mancanegara. Maka tak heran, banyak wisatawan asing yang tidak segan merogoh kocek dalam-dalam, demi berpetualang ke Wakatobi untuk menyaksikan keindahannya.

Laut yang diakui sebagai pusat segitiga karang tersebut, telah menjadi perhatian dunia. Terutama setelah adanya tim ekpedisi Wallacea dari Inggris pada tahun 1995. Menurutnya, daerah tersebut terdapat 750 bunga karang atau koral dari 850 total jenis koral yang tersebar diseluruh dunia. Olehnya itu, tak ada salahnya jika Wakatobi dijuluki sebagai tempat menyelam terindah di dunia.
Tak hanya itu, di pinggiran pantai terdapat hutan mangrove yang menjadi tempat bersarang berbagai jenis burung laut. Seperti burung raja udang erasia, angsa batu coklat serta burung cerek melayu. Suatu pemandangan yang turut melengkapi keindahan pulau tersebut.

Nah, jika anda betah berlibur disana, tak perlu khawatir, karena daerah tersebut memiliki sejumlah fasilitas penginapan dan hotel.

Dan soal perut, menu makanan laut yang tersedia dijamin masih segar. Selain itu, anda juga dapat menikmati makanan khas Wakatobi, seperti: sayur paria yang diisi dengan ikan, tombole atau tepung ubi kayu yang di campur dengan kelapa dan di bungkus daun pisang lalu di bakar dengan batu panas, dan masih banyak lagi makanan khas Wakatobi yang layak dicicipi.

Objek wisata itu terdiri dari empat pulau, dan nama Wakatobi sendiri sebenarnya singkatan dari pulau-pulau tersebut. Yaitu pulau Wangiwangi, Kalidupa, Tomia serta Binongko.
Sebelumnya pulau ini bagian dari administratif kabupaten buton dan dikenal dengan kepulauan Tukang Besi. Namun pada tahun 2003, ia dimekarkan menjadi Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara. Namanya pun ikut berubah menjadi Kepulauan Wakatobi.

Untuk menuju kesana, anda tinggal menggunakan kendaraan menuju Ibukota provinsi Sulawesi Tenggara yaitu Kota Kendari. Kemudian anda melanjutkan petualang menggunakan kapal laut menuju pulau Wangiwangi. Tapi ingat, kapal tersebut berangkat setiap pukul 10.00  dan anda akan tiba ditempat tujuan pada pukul 12.00 WITA. Jangan sampai ketinggalan ya!

Wednesday, October 28, 2015

Terjadinya Fenomena Embun Es di Kabupaten Lanny jaya dan Ratusan Warga pun Mengungsi

http://www.cucupoker.com


Ratusan warga tiga distrik di Kabupaten Lanny Jaya mengungsi menyusul fenomena alam embun es akibat cuaca ekstrem yang terjadi sejak sepekan terakhir.

Cuaca ekstrem embun es yang mengakibatkan tumbuhan dan hewan ternak mati di daerah pegunungan Papua biasanya terjadi saat musim kemarau panjang.

Sekretaris Daerah Kabupaten Lanny Jaya Christian Sohilait kepada wartawan di Jayapura membenarkan adanya ratusan warga dari tiga distrik yang mengungsi akibat cuaca ekstrem embun es yang mengakibatkan tanaman dan hewan ternak milik warga mati.

Ketiga distrik yang dimaksud adalah Distrik Kuyawage, Distrik Goa Baliem, dan Distrik Wano Barat.

Pasca-kejadian serupa yang terjadi pada awal Juli lalu, Sohilait mengaku Pemerintah Kabupaten Lanny Jaya sudah membuat jalur evakuasi dan tempat penampungan warga yang mengungsi jika kejadian serupa kembali terjadi.

"Mereka masih dalam perjalanan menuju lokasi pengungsian. Setelah berkumpul di lokasi pengungsian, baru akan kami data dan mendistribusikan bantuan," ujar Sohilait melalui telepon selulernya, Selasa (27/10/2015).

Menurut Sohilait, kejadian embun es terjadi hampir tiap tahun di ketiga distrik tersebut sehingga warga setempat punya kebiasaan mengungsi ke daerah sekitar, seperti Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, Distrik Mapenduma, Kabupaten Nduga, atau ke Distrik Tiom, Lanny Jaya.

Kepala Sub Bidang Pelayanan Jasa Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah V Jayapura, Zem Irianto Padama, yang ditemui beberapa hari lalu mengatakan, cuaca ekstrem seperti embun es masih memungkinkan karena wilayah Indonesia masih dipengaruhi fenomena alam El Nino.

Menurut Zem, akibat cuaca ekstrem yang ditimbulkan karena kemarau panjang, terjadi ketimpangan tekanan udara pada siang dan malam hari. Pada siang hari, udara sangat panas dan pada malam hari sangat dingin sehingga embun berubah menjadi es.

"Untuk kasus di Lanny Jaya, memang perlu penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan fenomena alam yang terjadi di sana," kata Zem.